MY FAVORITE

MY FAVORITE
B1A4

Rabu, 24 Juli 2013

Frustasiiiii itu....



Frustasi  tingkat dewa “Argghhhhh”..........


HUUuuuUAAAAAAAaaaaa..ternyata dikecewain sama diri sendiri tuh lebih dan lebih sakit daripada dikecewain orang lain. Sumpahh rasanya frustasi banget minggu ini, tapi lepas dari itu semua aku masih bersyukur masih diberi perjalanan kehidupan pasca semester 4 kali ini, meskipun banyak banget batu besar dan kerikil berduri...like this*skip
Minggu ini adalah minggu menyeramkan buatku, dimana nilai-nilai akademikku mulai bermunculan, emang sih baru beberapa tapi yang terakhir-terakhir munculnya tuh mata kuliah langanan buat ngulang katanya, jadi adrenalinnya makin tinggi, emosian, sensitif banget dan ujung-ujungnya bikin gak bisa tidur dengan nyenyak. Paling kesel tuh kalo dikirimin pesan sama temen yang isinya nilainya udah keluar, rasanya berat banget buat ngebuka tuh portal akademik. Seriuosly mungkin kalo udah tingkat akut frustasinya bisa2 ngebanting hp dan seluruh isi kamar. Menurut aku galau paling akut dan gak bisa disembuhin tuh ya galau akademis, bahkan sepanjang hari nonton Stand up comedy pun cuma ngobati 5% dari kegalauan hati, apalagi malam2 nonton drama korea, hahaha, galaunya malah tambah naik jadi 200%. Coba aja ada yang jual obat kegalauan akademistik...pasti udah aku minum tiap hari melebihi dosis.#saking frustasinya.
Tapi dari semua kegalauan akademis berkaitan dengan nilai-nilai, yang paling nyesek pas liat nilai industri unggasku....parah, parah, parah, bikin hati teriris-iris, galau maksimal, dan gak tau kenapa lebih nyesek ketimbang patah hati setahun lalu. Rasanya frustasi dan stress banget sampe pengen nangis. Alasanku buat nangis tuh beralasan banget, soalnya dari empat lab yaitu Sosial Ekonomi, NMT, THT, sama Produksi, aku udah niat pengen konsentrasi ke Produksi spesifiknya sih ke Industri Unggasnya, bukan reproduksi, potong, pemuliaan atau perah tapi unggas, padahal nilai kecuali industri unggas udah bagus tapi yang satu itu bener-bener buat aku beristigfar banyak-banyak. Nilai itu tuh out of expectation banget mungkin karena disaat itu hari terakhir kali ya dimana aku masih mengumpulkan nyawaku untuk bersemangat lagi (*padahal postingan ku yang sebelumnya hari terakhir tuh aku paling semangat*, but the real....) dan saat itu aku ujian dua mata kuliah sama perundang-undangan jadi yaa expectasinya kebagi dua, gak lucu banget kalo nilai mata kuliah pilihan perUU jelek soalnya itu mata kuliah pilihan bukan wajibnya.
Sampai detik ini aku masih sedikit frustasi tapi udah mendingan sih...cara ngobatinnya ternyata cukup simple mulai dari ngetawain diri sendiri sampe nangis gak jelas...itu manjur ternyata!! Semester 4 lalu emang berat banget aku rasain, mulai dari praktikum yang seabrek, mata kuliah berunsur sosial yang gak pas sama otakku, jadwal UAS yang tiba2 maju and gak ada minggu tenang, dan sang penyemangat yang entahlah...
Tapi lepas dari itu semua...aku seharusnya belajar untuk bersyukur karena nilaiku sepertinya cukuplah untuk mengambil mata kuliah pilihan. AMINNNNNN
Semester depan mungkin jauh lebih berat lagi but “Arigatou gozaimasu” buat temen2 yang semasa ujian udah belajar bareng, ngegalau bareng, capek bareng, ngeluh bareng, dan udah memberi senyum semangat juga. Mungkin frustasi tingkat dewa juga merupakan bagian kecil dari kebahagiaan yang sederhana itu, tinggal bagaimana kita menjalani masa selanjutnya. Mungkin juga kalo kita ngomong kita bakal lebih baik lagi disemester depan mungkin gak sih itu hanya wacana aja, hahaha

Senin, 08 Juli 2013

Marhaban ya Ramadhan.............
Gak nyangka besok udah puasa.....senangnya.hehehe. Semoga Ramadhan kali ini memberi berkah  dan menjadikan kita lebih baik dari tahun sebelumnya...kalau tahun depan masih diberi umur panjang, insya allah tahun depan aku udah kkn antar semester jadiii Ramadhan kali ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, terutama sama keluarga. Ganbatte..........


Bahagia itu sederhana......



" Bahagia itu sederhana......

Dengan apa kita akan berjalan, bicara, menjamah, mendengar, melihat, dan merasa sementara jiwa kita masih terisi dengan kesombongan, dan ketidakpedulian. 
                 
KebesaranMu pasti sungguh indah pada waktunya. Mengikuti alur cerita sesuai skenario kehidupan yang Engkau rancang dengan rasa syukur. Mungkinkah dengan seperti itu kita akan berjalan dengan tujuan sampai pada satu titik kehidupan, bicara dengan tanpa ada kata dusta, menjamah dengan sentuhan yang bersahaja, mendengar dengan gendang suara yang menyejukkan sukma, melihat dengan mata akan indahnya dunia rancanganNya, dan merasa dengan hati yang masih putih. Saat itu pulakah kita akan yakin bahwa  “Bahagia itu sederhana”. 

Bahagia itu sederhana saat manusia merindukan belaian kalbu saat menyebut namaMu ya Allah. Begitu agung dan sucinya kasih sayangMu. Terimakasih telah hadir disetiap hembusan nafasku, meyelipkan butiran darah disetiap nadi kehidupanku. Ku mohon Engkau selalu ada dan menuntunku ke jalanMu. Amin.       

Bahagia itu sederhana dan terasa sempurna saat seorang manusia menuturkan rasa sayang kepada orang tua, sahabat, teman, dan yang lainnya. Aku pun demikian.....

Bahagia itu sederhana...itu menurutku, bahkan saat kita tersenyum dan mengucapkan syukur itu termasuk suatu kebahagiaan, bertemu keluarga, sahabat, teman, itu kebahagiaan juga,  dan kebahagiaan yang sesederhana itu akan terasa begitu sempurna saat aku mengatakan kalimat ini...
 
Aku menyayangi kedua orang tuaku karena Allah...aku pun akan meyayangimu karena Allah. 




Seberapa pantaskah....
Aku jadi inget kata-kata mbak “LL” sewaktu ada forum sharing di kampus. Tentang bagaimana cara kita “MEMANTASKAN DIRI KITA”. Memantaskan diri itu seperti apa sih? akupun juga masih belajar dan belajar untuk memantaskan diri, memantaskan diri di hadapan Allah dan orang disekitarku. Simplenya gini deh, saat kita menyukai seseorang misalnya, bukan seberapa besar rasa sukamu, bukan seberapa lama kamu menyukainya, bukan seberapa “klik” kamu dengan orang itu, sampai-sampai kamu berpikir dia adalah jodohmu karena banyak kesamaan atau karena kesamaan dalam berpikirlah hobi atau hal lainnya, bukan seperti itu.                                                                                                           Seberapa pantas kita buat orang yang kamu sayangi, kata “seberapa pantas” mungkin kedengarannya sedikit kasar atau sombong, tapi konotasinya gak kayak gitu. Seberapa pantas kita untuk orang yang kita sayangi, bukan seberapa pantas orang itu untuk kita. Coba deh kita bercermin pada diri kita sendiri, pantas gak kita menyukai seseorang yang “baik” itu sementara diri kita seperti ini. Pola pikir kita belum dewasa saat kita bilang dengan santainya kita pantas untuk orang itu. Jangan bersikap egois dengan bersikap kekanak-kanakan seperti itu. Memantaskan diri kita dengan cara kamu sendiri, dengan melihat seberapa “baik” hati, attitude, moral, pola pikir kita hingga kita benar-benar yakin kita pantas untuk orang itu.  Memantaskan diri di hadapan Allah bahkan jauh lebih berat daripada kita memantaskan diri untuk orang disekitar kita. Di hadapanNya kita hanyalah makhluk yang sangat kecil, yang namanya manusia pasti gak pernah puas hingga kita selalu meminta dan meminta. Sebelum meminta pun kita harus bertanya pada diri kita sendiri “apakah aku pantas meminta sesuatu sementara ibadahku masih belum sempurna, perkataanku masih ingkar, perilakuku masih jauh dari kebenaran”. Akan lebih baik kita sebagai makhlukNya jika kehidupan itu seimbang, seimbang dalam rohani dan jasmani, belajar memperbaiki segalanya mulai dari menata hati, moral, perilaku, dan pola pikir menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Menjadi lebih baik butuh waktu dan proses, bahkan dalam proses itu akan ada banyak halangan tetapi Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan manusia.